DLHK. Perkuat Inovasi Pengelolaan Sampah Organik, Masyarakat Diminta Lebih Aktif

Depok, Nuansapublik.com

– Pemerintah Kota Depok terus berupaya mencari solusi atas permasalahan sampah, yang kini menjadi tantangan utama seiring dengan pertumbuhan populasi dan keterbatasan kapasitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK),

Pemkot Depok mendorong inovasi pengelolaan sampah organik berbasis teknologi, termasuk pengolahan di Unit Pengolahan Sampah (UPS) Merdeka 2.

Didalam Rencana Kerja ( Renja) DLHK Selasa 04/03/2025.

Fhoto:  Burhanudin/ Abuy . sesi tanya jawab bersama Narasumber.

Usulan dari Salah satu Peserta   TKP2M Kec. Cilodong Depok.

Penanganan sampah menjadi hal terpenting di kota Depok sama dengan penanganan macet dan banjir, penanganan sampah wajib sifatnya melibatkan seluruh unsur dimasyarakat dengan tanpa terkecuali, sebagaimana Janji walikota kota Depok.

Persoalan Sampah diharapkan dapat terselesaikan cukup sampai dengan di tingkat kelurahan tidak lagi sampai ke TPA yang sekarang ini sudah over load, anggaran dana 300 JT/RW seyogyanya bisa untuk pengalokasian penanganan sampah ditingkat RW dengan cara menumbuhkan kesadaran masyarakat melalui semangat “Sampahku adalah Masalahku” sehingga kesadaran penangan sampai menjadi tanggung jawab pribadi warga Masyarakat Kota Depok.

Diperlukan strategi jitu dan semangat kebersamaan untuk maju oleh instansi terkait dalam hal ini DLHK agar mampu menyelesaikan persoalan sampah yang sekarang ini cukup krodit..ucapnya

Menurut  Kepala DLHK Depok, Drs. Abdul Rahman, M.Si.,  pengolahan sampah organik di UPS Merdeka 2 telah berjalan dengan kapasitas produksi 1 hingga 3 ton per hari. Selain itu, teknologi biomek mulai diterapkan di beberapa wilayah untuk memanfaatkan sampah organik secara lebih efisien.

Walaupun saat ini baru diterapkan di Merdeka, program ini diharapkan dapat diperluas hingga ke tingkat kelurahan.

“Kami terus melakukan pengembangan, termasuk dengan pemanfaatan sampah organik untuk peternakan melalui konsep breding larva. Contohnya, sistem yang diterapkan di Ngawi memungkinkan sampah organik menjadi sumber pakan, sehingga dapat mengurangi limbah dan memberikan manfaat ekonomi,” ujar Kepala DLHK.

Salah satu alat yang digunakan dalam pengolahan ini adalah biopon, yang berfungsi dalam peternakan larva dengan kapasitas tertentu. Proses ini menghasilkan dua jenis produk: produk utama yang dapat dimanfaatkan langsung dan by-product yang masih memiliki nilai guna.

Namun, tantangan terbesar dalam program ini adalah rendahnya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah organik dari rumah. Oleh karena itu, sosialisasi dan edukasi terus dilakukan untuk meningkatkan partisipasi warga dalam pengelolaan sampah yang lebih bertanggung jawab.

Wali Kota Depok juga telah menegaskan bahwa sistem ini bisa direplikasi di berbagai wilayah dengan dukungan teknologi berbasis digital. Dengan sistem yang lebih modern dan keterlibatan aktif masyarakat, diharapkan pengelolaan sampah di Depok dapat berjalan lebih optimal, mengurangi ketergantungan pada TPA, serta menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.. ujarnya..

( Tony/RK)