Kondisi tanah Papua sangat damai dan terus membangun. Hanya saja, adanya propaganda dan beredarnya hoax yang memunculkan berita negatif di permukaan. Hal itu disampaikan Ketua Persatuan Gereja-Geraja di Papua Pdt. Metusalah P.A Mauri. Menurutnya adanya konflik di Papua semua prihatin, saudara dari Sabang sampai Merauke, dari pulau Miangas sampai Rote.
“Karena kita satu Bangsa, Bisa dan tumpah darah. Kalau ada yang merasa sakit, semua merasa sakit, meski berbeda kita tetap satu dalam bingkai NKRI. Perlu diketahui, Sejarah Papua dibelokkan Belanda dan OPM yang mendukung,”ujarnya seusai webinar dengan tema “Konflik Keamanan di Papua dan Solusinya yang diselenggarakan oleh Moya Institute, pada Jumat, 23 Juli 2021.
Menurutnya, adanya permasalahan atau konflik keamanan di Papua karena adanya kelompok separatis. Dengan kondisi tersebut, TNI dan Polri turun tangan untuk menangani masalah keamanan. Dia menambahkan, salah satu olusinya adalah dengan menginventarisir masalah atau isu di Papua.
“Misalnya adanya isu politik, dana Otsus, ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, Freeport. Isu itu perlu diinventarisi. Dengan data yang akurat akan bisa selesaikan masalah dengan baik. Tentu, dengan menggunakan hati nurani, cinta juga dengan Papua dan peradaban Nusantara sebagai bagian dari anak Bangsa,”terangnya.
Mauri mengungkapkan, solusi terbaik juga dengan duduk bersama orang Papua dan orang yang berseberangan. Menurutnya, upaya tersebut bisa menjadi jalan untuk mencari solusi.
“Kami di Papua sangat damai dan cinta orang lain serta hidup berdampingan bersama-sama. Mereka ada dari gunung, pesisir pantai, dan lainnya. Ibaratnya, Papua adalah miniatur mini Indonesia semua suku ada di Papua. Ada orang Jawa, Bali, Maluku, Kalimantan, Sunda, Sulawesi dan lainnya. Kami di Papua sangat mencintai dan hargai tiap orang datang, berdamai di tengah Papua. Kita berharap agar Pemerintah memberikan pengajaran tentang kewarganegaraan seperti P4 di tingkat SD-SMA agar kecintaan kepada Negara Indonesia terus ditanamkan,” harapnya.
Sementara itu, dirinya menyesalkan banyaknya propaganda dan isu hoax yang beredar di Papua. Menurutnya, mereka yang masuk atau termakan propaganda biasanya Kelompok baru tahu politik, kelompok ikutan berpolitik, belum tahu sejarah Papua masuk NKRI.
Selanjutnya, Kelompok yang tidak mau tahu tentang NKRI atau bahkan OPM yang penting “kacau-kacau” saja. Diluar Mereka dibilang orang Indonesia bikin susah Papua. Ia menambahkan, orang yang belum tahu politik itu punya resiko berbahaya, apalagi kalau bikin isu. “Apalagi, polisi saat ini mempunyai alat canggih, terus ditangkap bikin cerita disiksa itu tidak benar. Dan kelompok yang tidak puas dengan pemimpin saat ini,”jelasnya.
Dikatakannya, tidak benar kalau ada yang katakan genosida di Papua. Pemerintah harus berani goreng juga itu orang yang goreng berita. Untuk itu, harus bijak menghadapi berita yang ada di medsos.
“Kita ajak para pemuka agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, pemuka agama menyampaikan informasi yang benar tentang kedamaian dan kebaikan di tanah Papua. Kita berupaya menyadarkan orang, merangkul untuk bisa hidup damai. Kita juga melibatkan tokoh perempuan, mahasiswa, dan para tokoh di Papua dalam upaya menciptakan kedamaian dan pembangunan lebih baik di Papua,”tandasnya.