Potret Remaja Putus Sekolah: Bertahan Hidup di Tengah Kemiskinan

CIPAYUNG.Nuansapublik.Com

Depok, 23 Desember 2024
– Di sudut Kota Depok, tepatnya di kawasan Cipayung Kota Depok. Realitas kehidupan yang sulit dialami oleh sejumlah remaja usia 15 hingga 17 tahun. Herdi, Dani, dan kawan-kawan terpaksa menggantungkan hidup dengan mengamen demi membantu orang tua mereka yang berada dalam kondisi ekonomi yang serba kekurangan.

“Saya bukannya tak mau sekolah, Pak, tapi ke sekolah kan harus pakai ongkos, harus makan. Sementara ibu bapak saya pagi-pagi sudah kerja. Ibu jadi pembantu rumah tangga, bapak ojek online. Saya bingung, ongkos enggak punya, makan pun sekadarnya saja,” ucap Herdi dengan nada lirih.

Cerita ini bukan hanya milik Herdi dan Dani, melainkan potret dari banyak anak bangsa yang terpaksa meninggalkan pendidikan demi bertahan hidup. Mereka menjadi saksi dari paradoks negeri yang katanya kaya akan hasil alam, tetapi rakyat kecil justru hidup terhimpit kemiskinan.

Beruntung, pada malam itu, Jaringan Rakyat Jelata (JARETA ) yang diketuai oleh Bapak Subagya hadir memberikan bantuan kepada mereka. “Kami hanya ingin mereka bisa menikmati makan malam bersama, meski sederhana. Ini bentuk kecil dari kepedulian kami terhadap sesama,” ujar Bapak Subagya…
Kisah ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak untuk memperhatikan nasib generasi muda yang menjadi aset bangsa. Diperlukan langkah nyata dari pemerintah dan masyarakat untuk memastikan tidak ada lagi anak-anak yang harus memilih antara pendidikan dan bertahan hidup.

Penulis:
(Tony )
Media Partner:
Jareta – Jaringan Rakyat Jelata

Mungkin Anda Menyukai