
Depok, Nuansapublik.Com.
— Dalam rangka memperingati Hari Bumi ke-55, Menteri Agama Republik Indonesia secara resmi meluncurkan Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Matoa yang dipusatkan di kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Jalan Raya Jakarta-Bogor KM 33, Cisalak, Sukmajaya, Depok, pada Selasa (22/4).
Acara ini menjadi simbol komitmen Kementerian Agama (Kemenag) dalam mendukung pelestarian lingkungan hidup, sekaligus mendorong pendidikan Islam yang inklusif dan berwawasan ekologi.
Sebagai bagian dari gerakan tersebut, sebanyak 300 siswa dari berbagai jenjang pendidikan Islam turut dilibatkan dalam kegiatan penanaman pohon, terdiri dari 50 siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan 250 siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Acara ini juga dihadiri oleh Wali Kota Depok, Supian Suri, serta sejumlah tokoh penting dari berbagai kalangan. Dalam keterangannya kepada awak media, Wali Kota menyampaikan bahwa kehadiran UIII dan Pondok Pesantren Istiqlal Internasional Indonesia di Kota Depok merupakan sebuah kebanggaan yang harus diimbangi dengan peningkatan kualitas lingkungan dan spiritual masyarakat.
> “Depok tidak hanya bangga dengan kehadiran kampus dan pesantren internasional, tapi bagaimana warga juga bisa merasakan manfaatnya — bisa kuliah, bisa mondok, dan bisa lebih dekat dengan nilai-nilai Islam yang juga cinta terhadap lingkungan dan sesama,” ujar Supian.
Beliau menekankan pentingnya tindakan konkret dalam mencintai lingkungan, seperti penanaman pohon yang dilakukan pada peringatan Hari Bumi ini.
> “Cinta terhadap agama, cinta terhadap sesama, dan cinta terhadap alam adalah satu kesatuan nilai spiritual. Dari ribuan ayat suci, pada intinya adalah cinta — dan cinta itu juga diwujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap bumi kita,” tambahnya.
Menteri Agama turut memperkenalkan gagasan inovatif dalam upaya pelestarian lingkungan, yaitu mendorong setiap calon pengantin untuk membawa satu pohon sebagai bagian dari persyaratan pernikahan. Langkah ini diharapkan dapat menjadi gerakan masif dalam menjaga kelestarian alam.
Wali Kota Depok pun menutup dengan harapan agar gerakan ini tidak bersifat simbolik semata.
> “Depok harus jadi kota yang hijau, bukan hanya simbolik pohon-pohon musiman, tapi gerakan nyata dari masyarakat, termasuk dari pesantren dan kampus,” tegasnya…