Covid 19, Faktor Resiko dan Pencegahannya, Oleh Omega DR Tahun. Dosen STIKES Abdi Nusantara Jakarta.

Depok : NuansaPublik.Com.

Sejak awal Maret hingga Desember 2020, Dunia dilanda bencana serius, yaitu pandemi Covid-19. Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh corona virus. Coronaviruses (CoV) merupakan bagian dari keluarga virus yang menyebabkan penyakit mulai dari flu hingga penyakit yang lebih berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) and Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang ditularkan secara zoonosis (antara hewan dan manusia) dan dapat menyebabkan gejala ringan hingga berat. Sebelumnya, setidaknya terdapat dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu Middle East Respiratory Syndrome (MERS- CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV) (Kemenkes RI, 2020).
Pada 11 Februari 2020, WHO mengumumkan nama resmi dari penyakit baru ini, yaitu sebagai COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) yang tertera pada International Classification of Diseases (ICD). Infeksi SARS-CoV-2 pada manusia menimbulkan gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas.Pada kasus yang berat, penyakit ini dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Gejala penyakit ini dapat muncul dalam 2-14 hari setelah terpapar virus tersebut.

Laporan WHO menyebutkan bahwa kasus kejadian covid 19 meningkat setiap hari, saat ini (19 Februari 2021) jumlah kasus covid 19 di berbagai negara ada sebanyak 111 juta kasus, dan ada 2,45 juta kasus kematian akibat covid 19 di seluruh dunia. Selanjutnya, penularan di di berbagai wilayah di Indonesia juga terus meningkat. Hingga saat ini tanggal 19 Februari 2021, kasusnya terus bertambah menjadi 1,25 juta kasus (kematian sebanyak 33.969 kasus) diseluruh Indonesia dan menyebar di 34 provinsi dengan 282 kabupaten/kota yang terdampak dan angka kematian mencapai 18.956 kasus. Penularan dari manusia ke manusia terbatas (pada kontak erat dan petugas kesehatan) ditemukan di China maupun negara lain. Penularan COVID-19 diperkirakan sama dengan kejadian MERS dan SARS sebelumnya yaitu penularan manusia ke manusia terjadi melalui droplet dan kontak dengan benda yang terkontaminasi.

Usaha yang direkomendasikan dalam mencegah penyebaran infeksi ini ialah dengan menerapkan etika batuk dan bersin, cuci tangan menggunakan sabun secara teratur, memasak daging dan telur hingga matang, serta menghindari kontak dekat dengan orang yang memiliki gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin.
Dari 34 propinsi di Indonesia, Kemenkes menyebutkan bahwa ada 5 propinsi yang menduduki peringkat tertinggi kasus covid di Indonesia, yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Ada 2 propinsi yang mendapatkan perhatian adalah DKI Jakarta dan Jawa Barat karena angka kejadian covid 19 cukup tinggi, DKI Jakarta sebanyak 323.000 kasus dan Jawa Barat sebesar 192.000 kasus.

Penularan Covid di Indonesia sangat cepat dan merata di seluruh propinsi. Mobilitas masyarakat yang tinggi mempengaruhi kecepatan penularan virus dari orang ke orang. Perilaku masyarakat yang tidak aman mempengaruhi kecepatan penularan virus ini. Perilaku masyarakat yang tidak patuh /taat pada protokol medis, seperti: tidak menggunakan masker, tidak mencuci tangan dan tidak menjaga jarak memungkinkan penularan virus semakin cepat.
Dalam menjaga kesehatan seseorang, terdapat dua faktor pokok yang mempengaruhi kesehatan, yaitu faktor perilaku dan faktor non- perilaku. Menurut B. Bloom, terdapat tiga domain atau ranah dari perilaku, yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice) (Notoatmodjo, 2014). Sedangkan, perilaku kesehatan tersebut, menurut L. Green, dipengaruhi dan ditentukan oleh tiga factor, yaitu: a) faktor predisposisi/predisposing factors (pengetahuan, sikap, kepercayaan, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan); b) faktor pemungkin/ enabling factor (ketersediaan fasilitas/ alat/ sarana prasarana); dan c) faktor pendorong atau penguat/ reinforcing factors (dukungan petugas kesehatan, dukungan tokoh masyarakat, dukungan tokoh agama dan dukungan keluarga).
Hasil Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi COVID-19 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2020) tentang persepsi responden mengenai efektifitas penerapan protokol kesehatan dalam mecegah penularan Covid 19 didapatkan informasi bahwa memakai masker (91,8%), menggunakan hand sanitizer (86,2%), mencuci tangan selama 20 detik dengan sabun (90,0%), menghindari jabat tangan (90,1%), menghindari kerumunan (91,5%), dan menjaga jarak minimal 1 meter (88,6%). Dan alasan tidak menerapkan protokol kesehatan disebabkan oleh: harga masker mahal (23,0%), pekerjaan sulit untuk menerapkan protokol kesehatan (33,0%), aparat atau pemimpin tidak memberi contoh (19,0%), mengikuti orang lain (21,0%), tidak ada sanksi jika tidak menerapkan protokol kesehatan (55,0%), tidak ada kejadian covid 19 di lingkungan sekitar (35,0%) dan faktor lainnya (15,0%).
Penelitian Sari (2020) mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan masyarakat menggunakan masker sebagai upaya mencegah penularan Covid adalah faktor pengetahuan.

Selanjutnya, penelitian Wiranti,dkk (2020) mengemukakan bahwa faktor yang resiko mempengaruhi perilaku masyarakat mematuhi protokol kesehatan dalam mencegah covid 19 adalah: jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sikap.
Selanjutnya, Adrian (2020) menyatakan bahwa terdapat beberapa cara dalam mencegah penularan virus Covid 19, yaitu: mencuci tangan secara benar dan teratur, tertib memnggunakan masker, menerapkan physical distancing dan isolasi mandiri, membersihkan rumah dan desinfeksi secara rutin serta menjaga daya tahan tubuh dengan cara mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi.

Peningakatan kasus covid yang terjadi setiap hari sudah sepatutnya mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pemerintah melalui gugus tugas percepatan penannganan Covid 19 perlu bersinergi dengan berbagai elemen dalam mempercepat penanggulannya. Untuk saat ini covid tidak akan hilang, namun rantai penularannya dapat dibatasi. Mereka yang merupakan kelompok beresiko, seperti para lansia dan mereka yang mengidap berbagai penyakit harus diberikan pemahaman lebih agar tidak mudah tertular virus ini. Kita berharap, bencana ini akan segera berlalu setelah ditemukannya vaksin yang saat ini sudah mulai diberikan kepada masyarakat…

Mungkin Anda Menyukai